Sunday 23 June 2019

Kala. Kedua

Minggu, Siang hari yang menyengat .14.15

"Panas dan sumpek kota ini...seandainya pilihan bekerja banyak dan ada di kota asal mereka, pasti para pendatang itu lebih memilih bekerja dikota asalnya daripada harus memenuhi kota ini"

Lemparku saat melihat bising kendaraan lalu lalang sambil mendekatimu yang sedang menyeruput Es Dawet.

"Sabaar, sini duduk. "

"Pak ! Es nya tambah satu ini ya"
"Siaaap neng...!" suara Tukang es membalas suara sejuk dari dirinya

Sebenernya saya udah adem begitu melihat dirimu yang cukup tenang dan teduh meskipun minum di warung pinggir jalan seperti ini

tapi aku cukup membatinnya saja

Semenjak pertemuan kami, hal ini yang aku selalu rindukan dari dia,
seperti es diwaktu siang hari, dia mendadak menyejukkan hati dengan sikapnya yang tenang namun menghayutkan.

Sejenak kedewasaannya dalam menyikapi dan merespon sekitar membuatku tertegun, she's had a georgous personality, but she keep it in her ordinary way.

...kedewasan dan kesederhanaanya yang membuat diriku menyadari perempuan memang datang dari kelembutannya, ibu datang membawa kasihnya, dan anak gadis tersenyum manis dari sikap nya...

Mendadak dia melemparkan pertanyaan, mungkin lebih tepatnya statement.
"muka kusem banget ? nanti aku harus jaga kedai kayak biasanya nih,
I'll make you a cup of ice coffeee. Uda jangan dilipet trus mukanya..."

Untuk tipikal orang sepertiku yang sulit mengatakan rasa, dan ketika lelah datang saat kurang vakansi. Dia tetap tenang memberikan perhatian-perhatian kecil disaat aku merespon chatnya dalam bahasa yang kurang terbuka, atau mungkin dengan bahasa yang "cukup membuat ribut" karena lelahku.

Tapi tetap saja, kesejukkan yang terpancar dari dirinya, dirinya tidak pernah melepaskanku dalam kesendirian, baik melalu kata-kata maupun isi chatnya

dan di akhir dia selalu menimpali

"Ice coffee, Kala..."
sambil mengedipkan mata.

;)