Wednesday 7 January 2015

Kedua. Harapan dan Kenyataan

"tergegas, tiba2 iya terbangun. Seperti biasanya, Bukan doa dan air wudhu yang iya cari, tapi Handphone...
Sudah terlalu lama dirinya menghamba pada satu benda, mulai dari waktu dan biaya dikeluarkan cukup banyak. Itu semua demi eksistensi melalui benda kecil berperangkat satelit."

Hmmm... tidak untuk diriku, mungkin benar handphone yang pertama kali aku cari, tapi itu untuk membaca pesan singkat darimu, sebuah sapaan di tiap pagi. Dan itu lebih dari cukup untuk membuatku yakin bahwa hari ini akan baik-baik saja.

Dan itu harapan, tapi pada kenyataannya, aku terbangun lebih dulu, dan sama sekali tidak ada ikon pesan di pojok kanan atas...sampai pada akhirnya, pesan itu datang, tepat setelah jam kerja sebentar lagi dimulai....


Bagiku. sebuah harapan indah muncul ditiap pagi ketika ada sebuah sapaan hangat dari dirinya, namun kenyataan berbeda, 

halo...apa kabarmu disana sayang ?
aku memiliki cerita hari ini, sedikit menjengkelkan, dan mungkin kau sudah mendengarnya saat teleponmu tadi.
ini tentang harapanku dan pekerjaan
tadi pagi aku mendapat sms mengenai rekrutment, sangat senang, dengan banyak harapan, dan kenyataan yang aku anggap masih sulit tentang pekerjaan, akhirnya ada sebuah proses... tapi Alhamdulillah, setelah aku baca hal tersebut telalu menjanjikan, dan ternyata benar, itu penipuan.
Menyebalkan ! disaat seperti ini, masih ada saja yang mencari kesempatan dan keadaan yang membingungkan orang lain.

Aku juga sempat menelpon ibu dan menceritakan hal itu, beliau berkata, "yang sabar, ini mungkin jalan yang harus ditemui sebagai bumbu pengalaman."
Alhamdulillah...dan bersyukur lagi aku tidak terkena bujuk rayu harapan omongkosong

dan seperti biasa, aku kembali bertemu Dhuhur, berat ketika rasa itu dan ingatan tersebut datang kembali. Harapan saat kau datang, dan sekarang kenyataannya kita berpisah jarak. Hmmm...bukan perkara mudah buatku

tapi buatmu, aku kurang mengerti, dirimu sempat tak ada kabar saat jam makan siang. Sepertinya dirimu sudah nyaman dengan lingkunganmu, dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan mereka terlebih dahulu. Dan ketika jam mu kosong, pesan singkatmu datang.

"maaf baru liat hape, kamu buruan makan, aku kerja dulu ya."

cukup singkat, hanya 2 pesan, dan intinya kau bertanya apa yang aku lakukan, dan dirimu akan melanjutkan pekerjaanmu. Ya sebatas itu, tidak ada obrolan panjang dengan semangat sewaktu dulu...hanya aku yang mengirim pesan berkali-kali namun, tidak dibalas langsung seperti biasanya saat kau fokus dengan apa yang ada di lingkunganmu saat itu.

hmmm, komunikasi yang terjaga ini sungguh aku harapkan. kenyataannya ?

sayang...apakah kau sebenarnya bosan ?
saat aku berada disampingmu, benda kecil itu yang selalu kau perhatikan. Sebaliknya, saat kita berjauhan, kau jarang menyempatkan waktumu melihat Handphone atau berusaha melirik pesanku...

aku tau, 
aku akan coba mengerti dengan bahasaku yang tak perlu kau ucapkan
apapun itu
....

-----------------------------------------

surabaya 7 Jan, 2015. Cerita Pengantar Tidur.

Pertama. Perjalanan.

Selasa, 6 Januari, 2015, 00.00

Dalam kegelapan, gerbong-gerbong besi datang dan mulai ditata. Orang-orang berebut masuk dalam tempat tidur sementara selama 10 jam kedepan. Namun masih ada beberapa orang yang lebih memilih duduk dan mengamati nafas-nafas harapan terhadap suatu perjalanan....
------------


Ada sepasang kekasih bergandengan tangan, terlihat suasana keharuan dan tak ingin ada sebuah perpisahan. Mereka masih tampak muda, sangat muda, perjalanan hidup mereka masih sangat panjang. Namun, dari sudut itu terlihat bahwa wanita tersebut tidak ingin ditinggalkan oleh kekasihnya merantau demi memperbaiki pribadinya.

Iya mengantarkannya sampai gerbong, dan disini saya hanya bisa mengamati....
-------
Seiring waktu semua akan berubah, seperti dengan perjalanan hari ini, kita bergerak saling menjauhi. Seperti matahari yang berlari menuju barat, agar semua tau, waktu tidak akan lama dan semua berubah.

-----

Masih hari yang sama, 2015, 12,00

Matahari kini ada di pelupuk mata, 12 jam yang lalu aku berjalan menjauhi dirimu, namun semuanya berbeda. Adzan Dhuhur mulai berkumandan, perasaan yang berbeda kini muncul, dan ini benar-benar membuatku tidak nyaman.

Suara motor Revo depan kosan sangat jelas, aku harap itu dirimu yang selalu memaksaku untuk pergi menemanimu kemana maumu, yang bahkan kau sendiri tidak tahu.

Kini perasaanku tau, fokusmu mungkin bukan diriku
waktu itu mungkin kita akan selalu bersama karena selalu bertemu
sekarang ?

"makasi, aku kerja dulu."

sebuah pesan singkat balasanmu baru saja muncul setelah beberapa kali aku kirim pesan panjangku kepada dirimu.

ya perjalanan ini

merubah kita


Surabaya, 6 Jan 2015, Sebuah renungan malam