“Bangsa
Indonesia, memiliki collectivism index lebih tinggi dibanding individualism
index (Hofstede Data).”
Membaca
berita VOA mengenai “Program 'Food on the 15th' Ajarkan Anak Peduli Kaum Duafa”
menjadi refleksi kita untuk lebih mengajarkan kepada anak-anak kita tentang
arti berbagai dan peduli terhadap sesama sejak dini. Mengingat bangsa kita yang
memiliki Indeks kolektivisme lebih tinggi daripada Amerika Serikat yang
cenderung bangsa Individual, tetapi mereka masih saling berbagi. Bagaimana
dengan kita ? bangsa Indonesia yang lebih kolektif. Semestinya bangsa ini lebih
sering berbagi terhadap sesama dan saling peduli bukan hanya kolektif dalam
melakukan sesuatu yang negatif seperti korupsi, namun kolektif dalam berbagi dan
peduli terhadap sesama, atau lebih aware terhadap lingkungan sekitar.
Di
zaman yang semakin modern dan maju, sikap individual menjadi sikap yang semakin
banyak dipilih orang-orang dalam masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Kita cenderung acuh tak
acuh terhadap lingkungan kita, tingkat kehidupan antara orang kaya dan miskin
menjadi semakin berbeda.
Mari
sedikit kembali ke masa lalu, Pernah Inget gak? saat dulu kita lagi maen bareng
temen-temen waktu kecil terus ada yang bawa makanan, pasti orang tua kita minta
supaya kita bagi ke temen-temen yang lain, lama-lama tiap kita main, berbagi
makanan atau minuman yang kita punya menjadi sebuah kebiasaan. Dari kebiasan
berbagi tersebut kita jadi lebih sering diundang teman-teman untuk main bareng,
jadi lebih dekat dan mempererat pertemanan tentunya. Tapi semakin besar kita,
budaya tersebut jadi semakin hilang, sikap kebersamaan diganti dengan sikap
individualis. Anak-anak yang lahir di jaman sekarang klo udah hidup enak lupa
sama lingkungan besar mereka yang masih banyak orang membutuhkan. Tinggal di
perumahaan besar yang tetangga aja tidak saling kenal, beda dengan ketika jaman
dulu tinggal di kampung dan akrab dengan tetangga serta teman-teman masa
kecilnya. Dulu juga waktu kita kecil, mainnya main sepak bola di lapangan
kampung, petak umpet, lompat tali, main kelereng, dan permainan kolektif lainnya.
Semua permainan kolektif yang membawa kita menjadi bangsa yang bersama. Berbeda
dengan anak-anak jaman sekarang yang main sepak bola bisa dilakukan melalui
playstation mereka dirumah, sibuk dengan gadget-gadget yang dirasa belum perlu
untuk anak seusia mereka, dibiasakan memilih-milih makanan, dan dilayani dengan
pembantu-pembantu mereka. Hal tersebut menjadi menjauhkan mereka dari
teman-teman mereka yang kurang mampu, tidak aware dengan lingkungan sekitar dan
tumbuh menjadi seorang yang lebih individualis nanti.
Kegiatan
seperti yang dilakukan murid-murid SD di Maryland, AS, dapat menjadi penyeimbang
dari sikap individualis dan tidak peduli terhadap lingkungan menjadi lebih
sadar terhadap orang-orang yang tak lebih beruntung daripada kita. Ikut aktif
menjadi “volunteer kecil” untuk membantu sesama dan berbagi makanan kepada kaum
duafa mengajarkan anak-anak kita untuk lebih bersyukur terhadap makanan yang
mereka miliki. Tidak gampang protes karena makanan yang tidak enak sehingga
minta diganti makanan yang mereka inginkan dan pada akhirnya menyia-nyiakan
makanan yang ada, padahal banyak anak-anak seusia mereka yang masih dijalan
untuk sekadar mencari sebungkus nasi. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat
meningkatkan kepedulian anak-anak kita kepada lingkungan mereka, membantu para
tuna wisma atau orang-orang manula yang ditinggal anak cucu mereka karena
desakan ekonomi, dan semacamnya. Membiasakan anak-anak kita peduli dan berbagi
kepada masyarakat kecil yang kurang mampu juga dapat meningkatkan rasa percaya
diri mereka bahwa mereka dapat membantu orang lain.
Menjadi
lebih peduli dan mengajarkan kepada anak-anak kita, bahwa kepedulian dapat
membawa kebahagiaan terhadap diri kita sendiri dan sesama. Gak percaya ? coba deh lakuin sendiri.
Simplenya saat kita bisa membuat orang lain tertawa bahagia, dalam hati kita
pasti bahagia. Hukum tersebut juga berlaku saat kita membantu orang lain. Kita
mampu membuat orang lain bahagia dengan apa yang kita beri, pasti ada rasa puas
dalam hati ketika kita dapat membantu orang lain. Pada akhirnya, berbagi dapat
meningkatkan rasa tenggang rasa kita terhadap keadaan masyarakat, sehingga index
collectivism yang dimiliki bangsa kita, berati bahwa bangsa kita saling membantu
dan peduli terhadap sesama dalam hal positif, dan bukan bangsa yang individual
yang hanya memikirkan kepentingan-kepentingannya sendiri.
No comments:
Post a Comment