Monday, 7 May 2012

Mengembalikan Budaya Peduli Terhadap Sesama Sejak Kecil.


“Bangsa Indonesia, memiliki collectivism index lebih tinggi dibanding individualism index (Hofstede Data).”

    Membaca berita VOA mengenai “Program 'Food on the 15th' Ajarkan Anak Peduli Kaum Duafa” menjadi refleksi kita untuk lebih mengajarkan kepada anak-anak kita tentang arti berbagai dan peduli terhadap sesama sejak dini. Mengingat bangsa kita yang memiliki Indeks kolektivisme lebih tinggi daripada Amerika Serikat yang cenderung bangsa Individual, tetapi mereka masih saling berbagi. Bagaimana dengan kita ? bangsa Indonesia yang lebih kolektif. Semestinya bangsa ini lebih sering berbagi terhadap sesama dan saling peduli bukan hanya kolektif dalam melakukan sesuatu yang negatif seperti korupsi, namun kolektif dalam berbagi dan peduli terhadap sesama, atau lebih aware terhadap lingkungan sekitar.

      Di zaman yang semakin modern dan maju, sikap individual menjadi sikap yang semakin banyak dipilih orang-orang dalam masyarakat secara langsung maupun tidak langsung, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Kita cenderung acuh tak acuh terhadap lingkungan kita, tingkat kehidupan antara orang kaya dan miskin menjadi semakin berbeda.

     Mari sedikit kembali ke masa lalu, Pernah Inget gak? saat dulu kita lagi maen bareng temen-temen waktu kecil terus ada yang bawa makanan, pasti orang tua kita minta supaya kita bagi ke temen-temen yang lain, lama-lama tiap kita main, berbagi makanan atau minuman yang kita punya menjadi sebuah kebiasaan. Dari kebiasan berbagi tersebut kita jadi lebih sering diundang teman-teman untuk main bareng, jadi lebih dekat dan mempererat pertemanan tentunya. Tapi semakin besar kita, budaya tersebut jadi semakin hilang, sikap kebersamaan diganti dengan sikap individualis. Anak-anak yang lahir di jaman sekarang klo udah hidup enak lupa sama lingkungan besar mereka yang masih banyak orang membutuhkan. Tinggal di perumahaan besar yang tetangga aja tidak saling kenal, beda dengan ketika jaman dulu tinggal di kampung dan akrab dengan tetangga serta teman-teman masa kecilnya. Dulu juga waktu kita kecil, mainnya main sepak bola di lapangan kampung, petak umpet, lompat tali, main kelereng, dan permainan kolektif lainnya. Semua permainan kolektif yang membawa kita menjadi bangsa yang bersama. Berbeda dengan anak-anak jaman sekarang yang main sepak bola bisa dilakukan melalui playstation mereka dirumah, sibuk dengan gadget-gadget yang dirasa belum perlu untuk anak seusia mereka, dibiasakan memilih-milih makanan, dan dilayani dengan pembantu-pembantu mereka. Hal tersebut menjadi menjauhkan mereka dari teman-teman mereka yang kurang mampu, tidak aware dengan lingkungan sekitar dan tumbuh menjadi seorang yang lebih individualis nanti.

    Kegiatan seperti yang dilakukan murid-murid SD di Maryland, AS, dapat menjadi penyeimbang dari sikap individualis dan tidak peduli terhadap lingkungan menjadi lebih sadar terhadap orang-orang yang tak lebih beruntung daripada kita. Ikut aktif menjadi “volunteer kecil” untuk membantu sesama dan berbagi makanan kepada kaum duafa mengajarkan anak-anak kita untuk lebih bersyukur terhadap makanan yang mereka miliki. Tidak gampang protes karena makanan yang tidak enak sehingga minta diganti makanan yang mereka inginkan dan pada akhirnya menyia-nyiakan makanan yang ada, padahal banyak anak-anak seusia mereka yang masih dijalan untuk sekadar mencari sebungkus nasi. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat meningkatkan kepedulian anak-anak kita kepada lingkungan mereka, membantu para tuna wisma atau orang-orang manula yang ditinggal anak cucu mereka karena desakan ekonomi, dan semacamnya. Membiasakan anak-anak kita peduli dan berbagi kepada masyarakat kecil yang kurang mampu juga dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka bahwa mereka dapat membantu orang lain.

    Menjadi lebih peduli dan mengajarkan kepada anak-anak kita, bahwa kepedulian dapat membawa kebahagiaan terhadap diri kita sendiri dan sesama.  Gak percaya ? coba deh lakuin sendiri. Simplenya saat kita bisa membuat orang lain tertawa bahagia, dalam hati kita pasti bahagia. Hukum tersebut juga berlaku saat kita membantu orang lain. Kita mampu membuat orang lain bahagia dengan apa yang kita beri, pasti ada rasa puas dalam hati ketika kita dapat membantu orang lain. Pada akhirnya, berbagi dapat meningkatkan rasa tenggang rasa kita terhadap keadaan masyarakat, sehingga index collectivism yang dimiliki bangsa kita, berati bahwa bangsa kita saling membantu dan peduli terhadap sesama dalam hal positif, dan bukan bangsa yang individual yang hanya memikirkan kepentingan-kepentingannya sendiri. 

No comments:

Post a Comment