Wednesday 2 October 2013

Irisan

Seorang anak laki-laki menghirup lagi racun berupa asap yang dibiarkan memasuki tiap jengkal paru-paru
Menghitamkan butir-butir alveolus penukar oksigen dari sisa berwujud karbon
Pewujud udara segar dalam diri sehingga tertutupi, terbakar
Menyesakkan….
Tapi dirinya tak perduli, sakit terbakar karena pertukaran itu lebih menenangkan daripada mengetahui sakit  sesak karena pikiran dan pengetahuan buruknya sebagai anak laki-laki yang tumbuh dewasa dari pengalaman


Setelah malam, dia membiarkan langkah-langkah kaki terbawa energi, malam ini
Saat orang-orang tertidur lelap dan waktu telah melewati dini hari.
Menuruti langkah kaki yang menginjak jauh Berlari mencoba melemahkan diri
Membawa keluar energy yang entah berasal darimana
Karena tidak mungkin karbohidrat dirinya berlebihan padahal hanya menenggak nasi sekali, itupun siang tadi
Tidak mungkin makan besar tadi menjadi asupan utama dari energinya melewati malam
Dirinya ingin menunda pikiran buruk terlalu jauh lagi
Karena ketidak kuasaan dan ketakutan
Dan sekali lagi, mencoba berlari malam hari. Mengganti sesak peluh hati dengan olahraga menyehatkan diri. (semoga)


Lelah ia berlari, tertidur lelap, namun bangun tidak karuan
Menggigiti ujung jari sampai berubah putih tanda darah yang berisi oksigen tidak mengaliri
Sepuluh jarinya, hal yang sama, putih….
Sakit memang, tapi dirinya lebih memilih hal itu terjadi, daripada pikiran buruknya membebani orang-orang yang dia sayang
Biar saja sakitnya mengalir nyata karena jari yang tergigit sehingga pikirannya memanggil sakit karena itu
Bukan yang lain, bukan sakit karena perasaan atau pikiran akibat kurangnya kuasa atas segalanya
“Makhluk lemah dan kecil, kembalilah ke dirimu, jangan terlalu jauh berpikiran kau lebih”
Lagi, jarinya putih berbecak gigitan dalam.
Sakit, tapi itu lebih baik…


Surabaya, 1-3 Oktober.Bersama tekanan darah yang naik, tidur yang tidak teratur, dan perut yang semakin tidak perduli pada apa yang disebut lapar.

Aku merindukanmu dan ingin memberi tahu, bukan clue. Semoga kau menitipkan rasa yang tetap ada. 



No comments:

Post a Comment