Monday 2 December 2013

Kabut

Pujian-pujian pagi hari bersama nyanyi
menimbulkan suara yang ingin dihinggapi
pada mereka atau dirinya yang menjadi malaikatnya
dan merupakan teriakan halus pengusir
setan-setan pengganggu dalam jalan kekekalan abadi

seperti itulah hatimu mengumandangkannya
kalian lebih terikat bersama barisan lirik tak kunjung henti
yang akan selalu kalian putar dalam playlist penanda rindu
yang akan kalian masukan dalam postulat-postulat social media bersama sandi
keabadian memori yang lebih dalam dimiliki kalian ?
ahhh persetan !

kabut malam terlalu beracun bagi pecandu marijuana musim semu
tak ada kata puji bagi diriku, selalu
sebaliknya, selalu ada kata bangga pada dia
yang terselimut lagu-lagu
cerita-cerita dari saraf spontan tentang dia yang menjadi imam
yang lantas mengingatkanmu pada saat dia membacakan surat tertinggi yang bahkan kau tak mengerti itu surat apa

bukan seperti sepotong cibiran dosa-dosa dan kekurangan yang spontan kau kumandangkan
ya mungkin saya pantas, saya sadar tak ada sama sekali kesempurnaan dalam diriku
tapi bukankan begitu ? untuk semua ?
bahkan kalimat surat itu terbelit tak terucap saat pertama kali aku sempat berada didepan
ahhh setan
mulutmu banjir dosa sehingga kau tak pantas untuk itu semua.
semoga dosa-dosa itu menjadi perubah diriku untuk lebih baik lagi
saat dimana hari mereka mengatakan "sah" terhadap kita.

kabut
berjalan kelabu
untukah diriku ?

---------------------------------------------------------
1 pagi, 2 Desember, Menjelang Perjalanan Ke Bogor

No comments:

Post a Comment