Part. 1
Awal
Aku melihat dirinya membuka sebuah percakapan ringan tentang dunia, sebuah sudut pandang politik dan acuan ringan tentang hukum yang telah lama dipertentangkan. Dan diantara pendapatnya, tidak ada tendesi apa-apa, moderat, dan yang pasti, dirinya memperkaya imaginasi dan melebarkan batas tentang persepsi logika. Sebuah intelegensia...
Aku melihat dirinya membaca serius disebuah sudut toko buku, sambil membenarkan letak kacamata yang sedari tadi. Mungkin karena dia sering menunduk memperhatikan puluhan judul buku. Buku yang dibuat dengan judul sedemikian menarik dengan sampul yang berwarna. Aku menatapnya...
memperhatikan fokus nya yang tak pernah lepas dari satu buku karya Seno Gumira.
Tiba-tiba dia bercerita, " banyak buku bagus disini, banyak banget dengan segala persepsi dari para penulisnya. Dan banyak buku yang bisa membawa imajinasimu ketempat terjauh yang pernah kau tau. Tapi dari itu semua, mendapatkan yang paling pas untuk dirimu dan keadaanmu saat ini, dan kemana imajinasimu ingin didetailkan melalui tulisan-tulisan dibuku itu. Itu yang sulit...."
"Yaa, sepertinya aku akan mengambil buku ini dan menghabiskan diakhir pekanku." dirinya lantas mengambil buku yang dipilihnya sambil berlalu tak perduli, seperti biasanya, tetap meninggalkan kesan yang aku pikir itu menarik.
-----
Dalam satu malam, sebuah pesan singkat WA masuk
" Besok ada konser musik ini nih (sambil mengirim poster acara tersebut), Nonton yuk, ticket on me.I'll send it by email, soon."
tiba-tiba, dia mengirimkan mengajak begitu saja, tanpa ada sebuah persetujuan, atau bahkan pertanyaan apakah jadwalku kosong ? sepertinya dia mengerti kalau seorang introvert seperti saya ini pasti tidak memiliki kegiatan apa-apa diakhir pekan... #syem.
ya terlepas dari sifat-sifat impulsifnya yang sering saya tidak mengerti, tapi itu cukup memberikan warna ditengah keteraturan yang biasa aku bangun, Dan satu lagi, terkadang aku tidak cukup paham dengan selera musiknya, terkadang menyukai aliran pop romantic seperti kebanyakan perempuan lainnya, dan sering juga menyukai aliran musik klasik, bahkan sering juga dia memberikan refrensi musik beraliran alternative rock.. Uncommon, but interesting.
Dan terlepas dari itu, nama band atau penyanyinya tidak aku kenal dan sepertinya jarang muncul dimedia nasional.
Well, pikiran-pikirannya memang jarang aku pahami, bahkan aku sering berdebat dengan dirinya tentang intepretasi sebuah lukisan dalam sebuah pameran seni independent di Jogja. Namun dalam seni, dia cukup memiliki selera, dan terlepas dari itu. Tak jarang kita memiliki kesamaan. Kesamaan akan sebuah seni independen yang minim publikasi media nasional, dimana ide riil masih cukup besar dan tak terpengaruh pasar
-----
Kita bertemu selepas jam kerja, dia mendadak mengajak kesebuah tempat yang asing. "makan yukk disini, bayar dewe dewe ya tapi, haha ". Sambil bertingkah ceria seperti biasanya dan menarik tanganku untuk segera memesan taksi online. Tiba-tiba ia menimpali "udah belum....?"
dengan ekspresi datar aku menjawab, "baru juga buka hape, sabar...."
dia menjawab, sini hapenya, aku aja yang pesan.... dan kuberikan dengan ekspresi tetap datar
Kita sampai pada tempat yang belum pernah aku datangi sebelumnya, sebuah tempat makan yg cukup unik, perabotan minimalis disertai gambar-gambar kartun tahun 90-an penuh menjadi hiasan dinding di tempat tersebut. Beberapa gambar poster pop art juga dipasang.
"aku pengin ksini dari minggu lalu. Habis pulang meeting kemarin liat tempat ini cukup nyolok mata. Jadi deh ak pengin kesini..." timpalnya setelah kita memilih tempat duduk.
"impulsifnya keluar lagi buu ? untung bukan tempat yang dimaps ada tapi riilnya uda bangkrut . haha" sambarku .
Dia memang terlalu impulsif dan saya kadang tidak bisa mengakomodir keimpulsifannya. Tp selama ini dia membawa ketempat yang cukup menyenangkan dan belum pernah saya datangi ditengah kebiasaan saya ketempat-tempat itu saja.
----