Saturday, 26 May 2012

Saat ini, tidak ada yang tidak bisa dibeli oleh Uang ?

"Ada sebuah negara, dimana negara itu dianugrahi kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Hidup di Khatulistiwa, sinar surya menyinari setiap hari, tumbuhan berjuta dan memberikan manfaatnya, air hujan menyuburkan tanahnya, bumi di gali mengeluarkan cairan emas hitamnya. Dataran menawarkan makanan hidup untuk siapapun yang berada di atasnya, laut menyimpan berjenis ikannya, Gunung emas, perak, besi, dan seribu mineral mampu menghadirkan tambahan pengakuan bahwa negera ini memang Kaya...."

Sedikit intermezzo ketika sebuah negara sudah diberikan potensi kekayaan, yang semestinya digunakan untuk memakmurkan rakyatnya makmur dan sentosa, dan uang semestinya tetap berfungsi sebagai alat tukar barang. Pada akhirnya, hal-hal yang menjadi persoalan karena ada sisi negatif dari penggunaan uang menjadi tidak ada.

           Ya, negara itu memang kaya dan semestinya rakyatnya makmur sejahtera. Tapi sekarang lihatlah negara itu menjadi ironi, rakyatnya tinggal di gunung emas, tapi mereka tak merasakan secara sepenuhnya potensi dari tanah tempat tinggal mereka, justru kekayaan negaranya di bawa keluar negeri PT Kaya Punya Banyak Duit Doller. Hmmm, apa yang terjadi ? Apakah keputusan para pemimpinnya yang mempunyai wewenang untuk membuat keputusan bisa ditawar dengan uang ? atau mungkin dibeli dengan uang ? yang jelas PT Kaya Punya Banyak Duit Doller tersebut sudah beroperasi lebih dari 10 tahun dan mempunyai ijin legal untuk mengeksplorasi tambang tersebut. Ijin kelegalan bisa dibeli dengan uang ?
                Ada lagi, cerita mengenai penduduk bangsa itu, seorang penduduk atau mungkin lebih yang sudah tua, dituduh mengambil kakao sebanyak 3 buah, dan kemudian di perkarakan ke pengadilan, padahal ada orang yang mencuri uang rakyat dan sudah mengikuti proses pengadilan, justru dibebaskan . Hmm, apa yang terjadi di negara ini ? Bisa dilogika, orang yang sudah tua tersebut mengambil sesuatu yang nominalnya dengan uang tidak seberapa, daripada orang yang "mengambil" uang rakyat dengan jumlah besar. Nah siapa yang dibebaskan ? Bangsa tersebut pasti lebih tau. Tapi melihat dari cerita mengenai penduduk bangsa itu, Uang bisa membebaskan seseorang dari perkara dan keadilan Hukum. Putusan peradilan bisa dibeli dengan uang ?
            Pada masa pemilihan, dimana amanah kekuasaan dari rakyat akan diberikan kepada wakil-wakilnya, tidak sedikit orang kaya dari bangsa itu yang lantas maju mencalonkan, yang kadang calon suatu posisi tidak sesuai dengan kompetensi miliknya, justru mereka yang memiliki kompetensi namun tidak cukup banyak uang untuk kampanye tidak dapat mengajukan diri. Dan pada akhirnya, dapat ditebak, orang-orang "berduit" mendapat kekuasaan tersebut.Kekuasaan dalam pemilihan bisa dibeli dengan uang ?
               Pendidikan, organ penting untuk peradaban suatu bangsa juga ada cerita. Disana, ada ijazah-ijazah asli palsu, dimana orang-orang bisa mendapat ijazah tersebut tanpa harus memenuhi syarat-syarat akademis, namun dengan syarat financial atau uang pastinya ada. Sementara, orang-orang pintar dan mempunyai potensi serta berkeinginan kuat belajar akademis terpaksa berhenti belajar karena masalah uang, dan akhirnya tidak mendapat ijazah. Ijazah pendidikan bisa dibeli dengan uang ?
           Sisi kesehatan juga ada cerita dengan uang. Saat semestinya sisi kesehatan mengutamakan pelayanan berdasarkan kemanusiaan, namun karena ada orang yang berbeda secara keuangan, jadi ada kasus-kasus dimana yang uangnya banyak di layani terlebih dahulu dan maksimal, sementara yang uangnya tidak banyak, dilayaninya nanti nanti dan tidak maksimal. Maksimalisasi Pelayanan kesehatan bisa dibeli dengan uang ?
                   Oia, bahkan tentang kebahagiaan, konon katanya, orang-orang di negara itu lebih banyak yang bahagia karena uang mereka juga banyak. Paling tidak jumlah orang banyak uang bahagia, lebih banyak daripada orang yang belum banyak uang. Ya mungkin dengan uang mereka dapat membeli hal-hal yang mereka inginkan, seperti kekuasaan, rasa dihormati oleh orang lain karena kekuasaan yang dimiliki dari uang juga, mendapatkan ijazah yang lebih, mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal, dan semacamnya.

Ya mungkin itu sedikit potret dari suatu negara ketika me-Utama-kan uang. Mungkin masih banyak lagi hal-hal yang dikarenakan uang, semuanya jadi lebih mudah dan dimudahkan, sisi kemanusiaan dan moral jadi hilang. Ya negara itu pasti lebih tau kisah-kisah yang terdapat dalam negaranya mulai A-Z yang dikarenakan   tentang uang. Orang-orang dengan banyak uang diperlakukan bagaimana, dan orang-orang yang belum banyak uang diperlakukan bagaimana. 

Sebenernya uang itu tidak salah, karena uang itu berfungsi sebagai alat tukar. Bukan alat penghilang kemanusiaan dan moral. Jadi balik lagi ke pengguna uangnya, kalau dipakai buat yang negatif, jadi negatif, kalau buat positif seperti dengan uang kita jadi bisa lebih membantu membangun sekolah yang rusak, membantu orang berobat, membantu penegakan hukum, dan semacamnya pasti juga akan positif, dimana orang-orangnya tidak me-utama-kan uang dengan melepas kemanusiaan dan moralnya.

Ya tetep saya pribadi tetap optimis dengan negara tersebut, semoga hanya saat ini hal negatif itu terjadi, untuk masa depan negara tersebut mengembalikan fungsi uang sebagai alat tukar tanpa menghilangkan rasa kemanusiaan dan moral. Saya tetep mendukung bangsa tersebut menjadi bangsa yang Kaya, kaya dengan sumber daya, uang, dan tentu saja rasa kemanusiaan dan moral yang tetap terjaga. Tetep Semangat untuk sesuatu yang lebih baik.

Regards
Salam hormat
tanpa uang lo tentunya :)

Tuesday, 15 May 2012

Fashionable Cyclist, Ekspresi Kreativitas Tanpa Batas di Belanda.

Belanda, siapa sih yang gatau Belanda? Kita semua pasti tau Belanda, bahkan sampai kakek buyut kita. Negara besar di Eropa Utara dengan luas wilayah kurang lebih 41.000 km persegi mempunyai empat iklim dan merupakan Founding Member dari Europe Union. Belanda dikatakan besar bukan karena ukuran lho, bahkan dibanding negara kita masih kalah jauh, Indonesia mempunyai luas wilayah 40 kali lebih besar dibanding Negara Belanda, tetapi justru mereka yang mampu menjajah Bangsa Indonesia 3 abad lamanya (Sudah, sekarang kita bukan kembali mengungkit masa lalu, hehe). Kembali lagi ke awal, Belanda adalah negara besar karena kemajuan peradaban, kemajuan teknologi, pola pikir penduduk, kemandirian, dan tingkat kreativitas mereka.
Sebagai negara maju, mereka berusaha semakin ramah lingkungan, termasuk dalam berkendara yaitu dengan sepeda. Belanda dikenal dengan negara yang mayoritas penduduk memiliki dan menggunakan sepeda daripada kendaraan bermotor. Asik ya! Jadi inget jaman dulu waktu penjajahan Belanda di Indonesia, lebih banyak orang yang menggunakan sepeda.
Karena sepeda sebagai transportasi pribadi dan utama mereka, penduduk Belanda tetap mengenakan baju yang menarik walaupun bersepeda. Penduduk Belanda mengekspresikan penampilan mereka sekaligus dengan mengendarai sepeda, layaknya jika orang Jakarta atau kota besar lainnya pergi ke kantor, ke pesta, atau acara lain mengendarai mobil.

Tetap Cantik dengan bersepeda.


Bersepeda dengan Gaya. What a nice fashion.

           Seperti gambar di atas, wanita Belanda tetap tampil cantik dan menarik meskipun menggunakan sepeda. Mereka tetep fashionable and cheeks. (Wew, pasti kalau di Indonesia, bakal banyak pengendara motor tak lebih cepet dari sepeda ini, habis pengemudinya cantik sih. hehe) Setidaknya 85 persen penduduk Belanda punya 1 satu sepeda, dan mereka menggunakan setiap hari. Kreativitas mereka dalam berbusana dapat kita lihat saat mereka bersepeda. Bahkan saat berada di luar negeri, Penduduk Belanda yang hobi menggunakan sepeda juga terlihat tetap stylish meskipun di lingkungan berbeda yang penduduknya jarang menggunakan sepeda. Bahkan di musim dingin, Negara ini tetap lebih menggunakan sepeda! Dengan jaket yang fashionable pastinya.

Bicycling when its cold
Berangkat kerja dengan jas dan sepeda
Dutch Girl who lived in New York. Terlihat mereka masih senang bersepeda meskipun tinggal di negara asing
Tak hanya pakaian mereka yang dimodifikasi untuk mengekspresikan kreativitas dan keunikan, namun sepeda mereka juga dimodifikasi menjadi sepeda tingkat. Dilihat serem juga, gimana klo jatuh? Tapi di Belanda disediakan jalur khusus untuk sepeda dengan panjang total 19.000 km jika kita mau mengelilinginya. Wow! Dan tentu saja, jalur itu datar dan rata, jadi gak perlu takut jatuh gara-gara menghindari lobang atau karena tanjakan dan turunan yang terlalu ekstrim.  Selain dimodifikasi untuk hal kreativitas, mereka juga memiliki sepeda yang mementingkan fungsi dan keindahan. Seperti Ibu yang bersama anak-anaknya dengan sepeda modifikasi yang tetap indah, dan tentu saja, busana catchy yang dikenakan ibu tersebut 

"Bakfiets" thats we call in Dutch


Sepeda tingkat, lebih tinggi dan lebih menantang. Ahaha
 
        Di Belanda polusi kebisingan dan asap karena kendaran bermotor tidak banyak seperti di ibukota tercinta Jakarta. Media ekspresi kreativitas tidak melulu soal kanvas atau gambar, namun penduduk Belanda mampu mengekspresikan lewat sepeda. Asiknya kota ini, sudah ga perlu mengeluarkan biaya mahal untuk membeli kendaran, tidak menambah polusi, dan juga pasti sehat secara fisik. Belanda, benar-benar negara maju yang tak henti-hentinya berkreasi dengan media apapun, termasuk melalui sepeda. Pengin banget ke Belanda, dan berharap Indonesia bisa menerapkan hal serupa. Never stop innovating guys! Cheers!

*Gambar dari berbagai sumber, seperti :
ebikeriders(dot)com
ckmurray(dot)blogspot(dot)com
realdutchbikes(dot)com
dutchcitybike(dot)com
serta hasil penelusuran melalui google(dot)com


All rights for the pictures are reserved.




Untuk kompetiblog Nuffic Neso Indonesia





Thursday, 10 May 2012

Are Great Salespeople Born or Made ?


One debate in sales is about the impact of training versus selection in developing an effective sales force. Some observers maintain he best salespeople are born that way and are effective due to their personalities and interpersonal skills developed over a lifetime. Others conted that application of leading-edge sales techniques can make virtually anyone a sales star.

Take a position: the Key to developing an effective sales force is selection versus the Key to developing an effective sales force is training.

The debate about salespeople born or made was started long time ago and we still arguing which side is the best opinion to know the best salespeople until now. In my opinion salesperson can be made, because sales skill can be learned, but people with much more ability to emphatize, have a lot of networking and friendly, and also have great self-confidence to convincing people have shorter learning curve.
As a sales representative, they have to emphatize to the customers that he cares and understands to the people so they can stay connect with the prospecting buyers. When the world has changing fast, nowadays customers expect salespeople to have deep product knowledge and also ideas to improve the customer’s operations, so the company must give the salespeople incentive training. Great salesperson also trained to use their time efficiently. By gived training to manage time, they can increase their productivity. Training time varies with the complexity of the selling task. New methods of training are continually emerging, such as the use of audio or video tapes, CDs and CD-ROMs and programmed learning, distance learning, and even films. Some firms are now using role playing and sensitivity or emphaty training to help their sales force to identify with customers’ situations, feelings, and motivates. These demands have required companies to make much higher investment in sales training.
Of course after the company gives training, they also have evaluation session. One type of evaluation compares current performance with the past performance. The sales manager learn many things about the salesperson from their report of sales time by time. Even if effective in producing sales, the report may not rate high with customers. Success may come becauses competitors’ salespeople are inferior.
A salespeople also have an ability to link like experiences and similar data into predictable patterns, and this called modeling mind’s. Salespeople continually learn through the ongoing accumulation and consolidation of information from their sales calls and interactions with customers. From this knowledge base, salespeople can predict what will happen and what they should do. Modeling can be thought of as the engine that drives sales intuition. Modeling can be thought of as trying to find the what, when, where response — what you should do when you are in a particular circumstance where you have to act.
So selling is a skill, comparable to accounting or engineering: Specific actions, properly applied in a proscribed order, produce the best results. Given enough motivation from the senior, and learn from the experiences also. This driven to be a salesperson, but to be great salesperson they have to be supported with great personality, have an big sense of emphatize to know the customers feeling and situations, a dynamics person that can well-adapted with the fast change of situation and condition, and also have nice behavior and attitudes. This all drives to be a great salesperson.

TV advertising has faded in importance versus TV advertising is still most powerfull advertising medium.

In a Task for Marketing Management Debate, Chapter 17


Question : 
Long deemed the most succesfull medium, television advertising has received increased criticism as being too expensive and, even worse, no longer as effective as it once was. Critics maintain that consumers tune out too many ads by zipping and zapping and that is difficult to make a strong impression. The future claims some, is with online advertising. Supporters of TV advertising disagree, contending that the multisensory impact of tv is surpassed and that no other media option offers the same potential impact.

Opinion :

We can choose now especially in Indonesia, TV has become one of favorite things that family have. Everyone watch TV, start from kids until older and also middle age. We still spend a lot of time watching TV. Because of that I think tv still has powerfull advertising medium. Compare to internet, not all of kids playing internet, not all middle age or even older people cant play well with internet, so I think, advertising on internet still cant compite with TV eventhough the users of the internet going increase time by time. In the future, if the government rules can helps and support internet can be accessed for everyone in Indonesia, maybe it could be more effective place to advertise for company, but nowadays TV has more powerfull tools to gain rating on your advertisement.  Related to other media like radio, in the past time, radio has reach his gloriness time that everyone is hearing the radio, they get all information through radio, and radion as powerfull tools to build brand awareness for company that advertise their product, but now radio advertising has faded in importance compare to TV media. TV as a motion picture can give well presented than radio to build brand image for company’s product, through television that has more interesting motion picture and sounds, company can advertise their product more powerfull, they can make people encourage to know something new product and give information about the product and buy it. With most of people watch tv, company can get more easily to publish their new brand or building public relations to maintain the relationship of some products to their customers, of course with the right content and beautifull presentation. So compare to the other media, I think TV still have powerfull medium to advertise eventough sometimes company to advertise in TV is still expensive.


all rights reserved

Monday, 7 May 2012

Mengembalikan Budaya Peduli Terhadap Sesama Sejak Kecil.


“Bangsa Indonesia, memiliki collectivism index lebih tinggi dibanding individualism index (Hofstede Data).”

    Membaca berita VOA mengenai “Program 'Food on the 15th' Ajarkan Anak Peduli Kaum Duafa” menjadi refleksi kita untuk lebih mengajarkan kepada anak-anak kita tentang arti berbagai dan peduli terhadap sesama sejak dini. Mengingat bangsa kita yang memiliki Indeks kolektivisme lebih tinggi daripada Amerika Serikat yang cenderung bangsa Individual, tetapi mereka masih saling berbagi. Bagaimana dengan kita ? bangsa Indonesia yang lebih kolektif. Semestinya bangsa ini lebih sering berbagi terhadap sesama dan saling peduli bukan hanya kolektif dalam melakukan sesuatu yang negatif seperti korupsi, namun kolektif dalam berbagi dan peduli terhadap sesama, atau lebih aware terhadap lingkungan sekitar.

      Di zaman yang semakin modern dan maju, sikap individual menjadi sikap yang semakin banyak dipilih orang-orang dalam masyarakat secara langsung maupun tidak langsung, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Kita cenderung acuh tak acuh terhadap lingkungan kita, tingkat kehidupan antara orang kaya dan miskin menjadi semakin berbeda.

     Mari sedikit kembali ke masa lalu, Pernah Inget gak? saat dulu kita lagi maen bareng temen-temen waktu kecil terus ada yang bawa makanan, pasti orang tua kita minta supaya kita bagi ke temen-temen yang lain, lama-lama tiap kita main, berbagi makanan atau minuman yang kita punya menjadi sebuah kebiasaan. Dari kebiasan berbagi tersebut kita jadi lebih sering diundang teman-teman untuk main bareng, jadi lebih dekat dan mempererat pertemanan tentunya. Tapi semakin besar kita, budaya tersebut jadi semakin hilang, sikap kebersamaan diganti dengan sikap individualis. Anak-anak yang lahir di jaman sekarang klo udah hidup enak lupa sama lingkungan besar mereka yang masih banyak orang membutuhkan. Tinggal di perumahaan besar yang tetangga aja tidak saling kenal, beda dengan ketika jaman dulu tinggal di kampung dan akrab dengan tetangga serta teman-teman masa kecilnya. Dulu juga waktu kita kecil, mainnya main sepak bola di lapangan kampung, petak umpet, lompat tali, main kelereng, dan permainan kolektif lainnya. Semua permainan kolektif yang membawa kita menjadi bangsa yang bersama. Berbeda dengan anak-anak jaman sekarang yang main sepak bola bisa dilakukan melalui playstation mereka dirumah, sibuk dengan gadget-gadget yang dirasa belum perlu untuk anak seusia mereka, dibiasakan memilih-milih makanan, dan dilayani dengan pembantu-pembantu mereka. Hal tersebut menjadi menjauhkan mereka dari teman-teman mereka yang kurang mampu, tidak aware dengan lingkungan sekitar dan tumbuh menjadi seorang yang lebih individualis nanti.

    Kegiatan seperti yang dilakukan murid-murid SD di Maryland, AS, dapat menjadi penyeimbang dari sikap individualis dan tidak peduli terhadap lingkungan menjadi lebih sadar terhadap orang-orang yang tak lebih beruntung daripada kita. Ikut aktif menjadi “volunteer kecil” untuk membantu sesama dan berbagi makanan kepada kaum duafa mengajarkan anak-anak kita untuk lebih bersyukur terhadap makanan yang mereka miliki. Tidak gampang protes karena makanan yang tidak enak sehingga minta diganti makanan yang mereka inginkan dan pada akhirnya menyia-nyiakan makanan yang ada, padahal banyak anak-anak seusia mereka yang masih dijalan untuk sekadar mencari sebungkus nasi. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat meningkatkan kepedulian anak-anak kita kepada lingkungan mereka, membantu para tuna wisma atau orang-orang manula yang ditinggal anak cucu mereka karena desakan ekonomi, dan semacamnya. Membiasakan anak-anak kita peduli dan berbagi kepada masyarakat kecil yang kurang mampu juga dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka bahwa mereka dapat membantu orang lain.

    Menjadi lebih peduli dan mengajarkan kepada anak-anak kita, bahwa kepedulian dapat membawa kebahagiaan terhadap diri kita sendiri dan sesama.  Gak percaya ? coba deh lakuin sendiri. Simplenya saat kita bisa membuat orang lain tertawa bahagia, dalam hati kita pasti bahagia. Hukum tersebut juga berlaku saat kita membantu orang lain. Kita mampu membuat orang lain bahagia dengan apa yang kita beri, pasti ada rasa puas dalam hati ketika kita dapat membantu orang lain. Pada akhirnya, berbagi dapat meningkatkan rasa tenggang rasa kita terhadap keadaan masyarakat, sehingga index collectivism yang dimiliki bangsa kita, berati bahwa bangsa kita saling membantu dan peduli terhadap sesama dalam hal positif, dan bukan bangsa yang individual yang hanya memikirkan kepentingan-kepentingannya sendiri.