Wednesday, 16 July 2014

Kepada Perempuan (1)

Limpahan Rahmat dan Hidayah dari Allah SWT selalu diberikan kepadamu, wahai makhluk ciptaan-Nya yang paling Indah dan mewarisi generasi besar....
----

Apa kabarmu perempuan ? semoga perasaanmu yang indah selalu terjaga menentramkan kami sebagai keturunan Adam.

aku ingin mengungkapkan apa yang aku ketahui mengenai perasaan dan keindahan kalian, dan mungkin hanya sedikit dari pengetahuan terbatas kami sebagai laki-laki.

(1)
Perempuan, pemilik hati, sosok, dan kelembutan yang ada di dunia. Apa yang sebenarnya kalian inginkan dari kami ? kaum lelaki yang lembut hatinya ? jika iya,  mengapa kalian masih rela ketika kelembutan kasih sayang kalian diganti dengan sebuah penolakan melalui sikap kami kaum laki-laki yang bahkan sikap kami terlalu keras. Dan lantas, kalian menangis, tapi masih mengharapkan pada orang yang sama, banyak dari kami yang cukup lembut namun, lebih besar kelembutan kalian wahai perempuan kepada kami.

Perempuan, pemiliki generasi paling besar. Apa yang kalian inginkan dari lelaki ? Kaum kami yang pekerja keras untuk menjaga segala kebutuhan kita tercukupi? Iya? Jika kita sudah berusaha memenuhi, masihkah kalian tetap mau memberikan 100 persen waktu dan fokus kalian untuk mendidik generasi kami ? dan tidak mengikuti jalan pekerja yang kemudian mengorbankan waktu demi mendidik generasi ? Kami akan berusaha memenuhi segala kebutuhan kita, karena kami yakin, generasi yang besar akan dibesarkan melalui waktu yang diberikan oleh kalian wahai perempuan.


----
Kepada perempuan, kalian adalah yang menggenapkan kami, menguatkan kami, pakaian kami, yang menutup aib kami, yang membesarkan hati kami untuk tetap berjuang, dan selalu ada untuk kami ketika kami jatuh. 

dan sebaliknya, kepada perempuan, kalian juga dapat melemahkan kami dan membawa kami jatuh sejatuh jatuhnya. Kami hanya makhluk biasa.....



#Ramadhan, 1435, dan seiring waktu yang berjalan, doa akan selalu terpanjatkan kepada Perempuan-perempuan hebat diluar sana.

Sunday, 6 July 2014

Cerita

Sejujurnya, ini sebuah kekhawatiran
dengan segala keterbatasan dan kuasa
saya tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok.
------
Jam Rolex berwarna hitam mengkilap itu minta dilirik. Ketika hari ini adalah hari dimana orang-orang kantoran di kota Metropolitan bersyukur karena hari ini telah tiba. 

Jumat, 23.10. Dalam Sebuah Menara berlantai 32 di Sudirman.

------


Sudah semestinya aku pulang sejak 2 jam yang lalu lantas bersiap untuk menghadiri private party teman akrab yang memintaku hadir melalui sebuah pesan singkat dalam Whatsapp. "Gada lo ga rame sob. TGIF Club 11 Malem. Gapake molor !"


aku hanya bisa mengiyakan walaupun deadline pekerjaan hari jumat itu selalu ada dan minta jatah waktu lebih. Ya, paling egak telatnya g lepas tengah malam. Pikirku.

------

Aku sampai setelah menggeber SUV berlambang tiga berlian dengan kecepatan diatas 100km. Untung ini tengah malam, tak ada macet seperti biasanya.

Lampu gemerlap disertai musik elektronik menyambut, aku mencoba mencari sosok teman semasa kuliah itu. Diatas lantai checkered board bersama orang-orang yang sedang berdansa aku menemukannya.





"widih, udah dateng juga, jam berapa ini bro ? buruan ambil beberapa shot, lantas nikmati hari Jumatmu !" sambut dirinya dengan suara bersaing dengan suara musik.

aku hanya bisa mengangguk lesu. Entah karena terlalu lelah setelah deadline kerja, atau memang karena pikiranku yang berlebihan dan memberatkan sejauh ini. Aku lantas memesan softdrink berwarna merah dan sebuah air mineral kemudian mencari tempat duduk yang sudah dipesan.

"Semoga setelah menegak air mineral, semua kembali cerah."

--------------------------

Pikirku kembali datang menghantui, bersama perasaan....

Sebenarnya, apa yang kamu bela untuk saat ini ? 
Korporasi besar ? menghamba agar bergaji besar yang lantas kembali untuk memenuhi gaya hidup ?
 atau untuk memuaskan rasa konsumtif yang lantas menjadi gengsi ?
atau demi sebuah status sosial dan ekonomi ?
munafik

liat sekelilingmu....
 ...
ada rasa dimana diriku benar-benar hilang, sebenarnya apa yang aku bela untuk masa depan ?
siapa yang aku junjung tinggi ?
dan untuk apa waktuku dihabiskan ?
apakah untuk pekerjaan-pekerjaan pemeras keringat dan hati yang menguntungkan beberapa pihak ?
atau untuk kebanyakan orang ?
siapa yang kalian bela ?
...
ini semua seperti kewajaran
ketika jabatan diperebutkan
ketika sebuah kuasa berasal dari tawar menawar politik dengan apa yang bisa diberikan
bukan dari kesadaran untuk membangun sesuatu yang lebih baik
dan kesadaran bahwa
amanah itu besar tanggung jawabnya
tapi untuk beberapa golongan, hal itu seperti menjadi target atau tujuan....
lantas ?
...
apa yang bisa orang kecil seperti saya bisa berikan ?
ketika ora edan ora melu komanan.
ketika hati nurani mati demi kata orang
ketika pencapaian diukur dari materi...

ahhh...sudahlah

kamu sendiri orang kecil
tanpa prestasi,
kehadiranmu ada atau tidak itu tidak penting
hilang
tidak terlihat
atau, bekennya invisible person 
kamu bukan orang yang jika berprestasi akan dibanggakan
ketika kamu jujur malah ajur
atau yang ketika bersuara malah dihujat
kamu tak punya kuasa
bahkan untuk orang-orang terdekatmu ?
kamu ada manfaat ?
...
apakah dirimu yang menjadi tokoh inspiratif seperti laiknya dalam novel inspirasi ?
tidak !
atau menjadi tempat bercerita kebaikan-kebaikan yang lantas menginspirasi?
tidak !
kau tidak cukup besar karena dan lantas dikerdilkan kenyataan!
bahkan dirasa ada dan bermanfaat orang-orang terdekat saja tidak ada
atau mungkin bos mu hanya memuji saat ada pekerjaan
renungkan lagi
seperti calon-calon "orang orang yang duduk diatas" memberikan janji-janji saat kampanye,
semoga, bukan hanya janji
kamu mungkin bukan bagian dibanggakan dalam dunia sinting seperti ini
atau pikiranmu yang terlalu sinting ?
atau dirimu yang sinting yang mau dicari saat orang membutuhkanmu dan lantas meninggalkanmu saat tujuan mereka tercapai
dan lantas
melupakanmu jika mereka sudah mendapat hal yang lebih baik
dan kamu sendiri
dasar makhluk kecil dengan pikiran terlalu besar
lantas dirimu tak menikmati tiap detikmu
kau akan terus begitu ?
...

dunia.
kembalilah
pada seharusnya, dalam sebuah genggaman tangan, 
bukan tujuan jangka panjang
dan untuk cerita masa depan
yang berkesan dalam hati.
....

"mas-mas, nglamun aja, lagi mikirin negara ya ? Berat amat mukanya, haha" Seloroh wanita bergaun merah mengembalikan aku dalam suasana super ramai club yang dikenal ekslusif itu.

"Hah!, egak mbak!... haha " Balasku terkaget dilanjutkan dengan senyuman kecil

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
#ditulis saat minggu kedua Ramadhan, dan bersama harapan.

Wednesday, 2 July 2014

Selepas Sarjana

Banyak yang dikorbankan oleh banyak orang terutama orang tua agar anaknya mendapatkan titel Sarjana,
tak lepas dari itu, kitapun demikian. Seorang anak yang mengorbankan banyak waktu untuk mengejar titel yang dianggap mumpuni itu, menjadi seorang sarjana.

Tapi apakah itu benar untuk sebuah pencapaian atau ibadah ?
atau hanya sekadar menjadi pemulus jalan untuk mendapat pekerjaan dan diakui secara keduniawian ?
Lantas seberapa bermanfaat titel tersebut ?

saya masih ingat sebuah kata-kata dari teman saya yang entah darimana ia mendapatkan kata bijak tersebut.
"kamu dulu jaman masih kuliah, penelitian dimasyarakat, tapi setelah lulus. Kamu kerja buat korporasi yang merugikan masyarakat. Kamu bangga ?"

Hal tersebut yang menjadi pertanyaan saat ini, dan mungkin menjadi pandangan khusus dari pada calon sarjana bahwa dengan bekerja pada korporasi mumpuni seperti pada perusahaan tambang asing dengan gaji selangit adalah tujuan utama selepas Sarjana. Lantas, apa manfaatmu ?

Kita sering melupakan waktu demi deadline pekerjaan-pekerjaan kita selepas sarjana.
melupakan waktu berkumpul dan bermanfaat bagi orang-orang terdekat kita terutama lingkungan kita.
bahkan kita tinggal di perumahan elite cukup besar yang bahkan tetangga kita saja kita tidak tahu....
semua demi titel dan gengsi keduniawian
dan kita menikmatinya....

sebenarnya saya sendiri sudah terdoktrin dengan gaya hidup seperti itu
dimana kita bekerja keras selepas sarjana untuk membli rumah dilingkungan elite yang harganya akan naik esok hari. Dan itu di dengungkan terus melalui kotak persegi bernama televisi.

selepas sarjana....
Semoga kita menjadi orang yang lebih baik, dan bermanfaat.


#tulisan pertama di minggu pertama Ramadhan 1435