Sunday 6 July 2014

Cerita

Sejujurnya, ini sebuah kekhawatiran
dengan segala keterbatasan dan kuasa
saya tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok.
------
Jam Rolex berwarna hitam mengkilap itu minta dilirik. Ketika hari ini adalah hari dimana orang-orang kantoran di kota Metropolitan bersyukur karena hari ini telah tiba. 

Jumat, 23.10. Dalam Sebuah Menara berlantai 32 di Sudirman.

------


Sudah semestinya aku pulang sejak 2 jam yang lalu lantas bersiap untuk menghadiri private party teman akrab yang memintaku hadir melalui sebuah pesan singkat dalam Whatsapp. "Gada lo ga rame sob. TGIF Club 11 Malem. Gapake molor !"


aku hanya bisa mengiyakan walaupun deadline pekerjaan hari jumat itu selalu ada dan minta jatah waktu lebih. Ya, paling egak telatnya g lepas tengah malam. Pikirku.

------

Aku sampai setelah menggeber SUV berlambang tiga berlian dengan kecepatan diatas 100km. Untung ini tengah malam, tak ada macet seperti biasanya.

Lampu gemerlap disertai musik elektronik menyambut, aku mencoba mencari sosok teman semasa kuliah itu. Diatas lantai checkered board bersama orang-orang yang sedang berdansa aku menemukannya.





"widih, udah dateng juga, jam berapa ini bro ? buruan ambil beberapa shot, lantas nikmati hari Jumatmu !" sambut dirinya dengan suara bersaing dengan suara musik.

aku hanya bisa mengangguk lesu. Entah karena terlalu lelah setelah deadline kerja, atau memang karena pikiranku yang berlebihan dan memberatkan sejauh ini. Aku lantas memesan softdrink berwarna merah dan sebuah air mineral kemudian mencari tempat duduk yang sudah dipesan.

"Semoga setelah menegak air mineral, semua kembali cerah."

--------------------------

Pikirku kembali datang menghantui, bersama perasaan....

Sebenarnya, apa yang kamu bela untuk saat ini ? 
Korporasi besar ? menghamba agar bergaji besar yang lantas kembali untuk memenuhi gaya hidup ?
 atau untuk memuaskan rasa konsumtif yang lantas menjadi gengsi ?
atau demi sebuah status sosial dan ekonomi ?
munafik

liat sekelilingmu....
 ...
ada rasa dimana diriku benar-benar hilang, sebenarnya apa yang aku bela untuk masa depan ?
siapa yang aku junjung tinggi ?
dan untuk apa waktuku dihabiskan ?
apakah untuk pekerjaan-pekerjaan pemeras keringat dan hati yang menguntungkan beberapa pihak ?
atau untuk kebanyakan orang ?
siapa yang kalian bela ?
...
ini semua seperti kewajaran
ketika jabatan diperebutkan
ketika sebuah kuasa berasal dari tawar menawar politik dengan apa yang bisa diberikan
bukan dari kesadaran untuk membangun sesuatu yang lebih baik
dan kesadaran bahwa
amanah itu besar tanggung jawabnya
tapi untuk beberapa golongan, hal itu seperti menjadi target atau tujuan....
lantas ?
...
apa yang bisa orang kecil seperti saya bisa berikan ?
ketika ora edan ora melu komanan.
ketika hati nurani mati demi kata orang
ketika pencapaian diukur dari materi...

ahhh...sudahlah

kamu sendiri orang kecil
tanpa prestasi,
kehadiranmu ada atau tidak itu tidak penting
hilang
tidak terlihat
atau, bekennya invisible person 
kamu bukan orang yang jika berprestasi akan dibanggakan
ketika kamu jujur malah ajur
atau yang ketika bersuara malah dihujat
kamu tak punya kuasa
bahkan untuk orang-orang terdekatmu ?
kamu ada manfaat ?
...
apakah dirimu yang menjadi tokoh inspiratif seperti laiknya dalam novel inspirasi ?
tidak !
atau menjadi tempat bercerita kebaikan-kebaikan yang lantas menginspirasi?
tidak !
kau tidak cukup besar karena dan lantas dikerdilkan kenyataan!
bahkan dirasa ada dan bermanfaat orang-orang terdekat saja tidak ada
atau mungkin bos mu hanya memuji saat ada pekerjaan
renungkan lagi
seperti calon-calon "orang orang yang duduk diatas" memberikan janji-janji saat kampanye,
semoga, bukan hanya janji
kamu mungkin bukan bagian dibanggakan dalam dunia sinting seperti ini
atau pikiranmu yang terlalu sinting ?
atau dirimu yang sinting yang mau dicari saat orang membutuhkanmu dan lantas meninggalkanmu saat tujuan mereka tercapai
dan lantas
melupakanmu jika mereka sudah mendapat hal yang lebih baik
dan kamu sendiri
dasar makhluk kecil dengan pikiran terlalu besar
lantas dirimu tak menikmati tiap detikmu
kau akan terus begitu ?
...

dunia.
kembalilah
pada seharusnya, dalam sebuah genggaman tangan, 
bukan tujuan jangka panjang
dan untuk cerita masa depan
yang berkesan dalam hati.
....

"mas-mas, nglamun aja, lagi mikirin negara ya ? Berat amat mukanya, haha" Seloroh wanita bergaun merah mengembalikan aku dalam suasana super ramai club yang dikenal ekslusif itu.

"Hah!, egak mbak!... haha " Balasku terkaget dilanjutkan dengan senyuman kecil

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
#ditulis saat minggu kedua Ramadhan, dan bersama harapan.

No comments:

Post a Comment