Wednesday, 3 September 2014

Sekelibat senja September

matahari barat mulai menyingsing masuk dari pojok kaca gedung bertingkat 48.
Semuanya kaca, tak heran aku tetap berdiri di sini sambil melihat sebuah kerumunan...

#terdiam.
aku melihat sejenak kebelakang, ada mereka yang masih berdiskusi tentang pekerjaan
ada mereka yang masih berkutik dengan dokumen-dokumen tak beraturan
muka mereka lelah
tapi ada sedikit senyum dari dua keturunan adam dan hawa diantara mereka
sepertinya mereka menikmati

#menghela nafas panjang
tapi bagiku
apakah kehidupan itu ?

matahari mulai menyengat tepat pada kelopak mata
sejajar,
aku mulai memincingkan mata
sejenak aku rasakan

sebenarnya, apa yang aku bela, dan orang-orang diluar sana
berjejal dalam kendaraan-kendaraan pribadi dengan bensin subsidi yang semakin menipis
membuat kantong harus lebih dirogoh dalam-dalam
apa yang aku inginkan ?

sejenak dunia semacam semu membumi
tanpa arti
apakah diriku juga begitu ?
melewati bersama waktu yang kian sulit
berat
atau semacamnya
dan ketika dunia dikuasai oleh hawa nafsu.

aku lelah...
posisi ini memang menggiurkan bagi kebanyakan orang
menjadi asisten manajer dan selangkah lagi menjadi manajer di perusahaan multinasional seperti ini?
semua menginginkannya..


tapi sama saja, bukan sejauh apa jalan yang kamu tempuh
sejauh apa kaki yang kamu jejakan, dan sejauh mana posisi yang kau raih
semua semu pada akhirnya tanpa nurani yang tulus yang kemudian bersanding bersama
ketika topeng-topeng digunakan untuk tingkat kaum atas
ketika tawa disembunyikan
dan drama diperdalam kesalahan
apakah ini yang kita cari ?
....

dunia ini semu.
senja lantas berubah
magrib menjelang, dan kita masih berusaha mengejarnya

sesungguhnya keuntungan yang paling besar adalah waktu, dan sebaliknya kerugian paling besar adalah waktu....

No comments:

Post a Comment