Friday, 31 October 2014

Sebuah Beda

sepertinya senja berpihak terhadap dirimu

langit tak akan selalu berwarna cerah, mereka akan kembali pada asalnya tanpa rupa.

dialektika kita berbeda,
kau yang awalnya sering berucap akan sering terdiam
dan lantas mereka yang diam akan timbul menuju puncak

awan hitam terkekang dalam rumah tanpa atap
imaji ? atau emosi ?
aku tidak suka debu-debu tanah terbang tanpa batasan mengotori dirimu
mehilangkan berlian-berlian indah yang diukir dari daratan Afrika Selatan

aku tidak suka waktu saat ini,
ketika kenyataan mengharuskanmu berkata tentang pekerjaan
pembelaan sebatas jalanan legam terkena asap bus kota
hitam, pekat, tanpa arti, dan yang ada hanya ego kita masing-masing

siapkah kita untuk menurunkan ego kita masing-masing ?
atau karena sebuah tembok tebal bernama realita, kita akan saling menyalahkan
pekerjaan, waktu, tawa, deru, berbagi canda dan derita bersama ?
bukan sebuah olok dari kesalahan-kesalahan kecil para musafir
yang lantas menjauhkan mereka dari oase

wajar, ketika kita berjalan akan ada halangan
ketidaksamaan, rasa hilang, ambang ego, dan segalanya
tapi pantaskah kita saling menyalahkan ? meminta jari menunjuk siapa yang salah
atau ini tentang realita
bahwa perbedaan itu adalah sebuah kesalahan
yang kemudian tak akan menyatukan

dan sekali lagi realita berkata
mungkin perbedaan waktu kalian akan bersama ?
dan justru, perbedaan dirimu dengan semua, adalah sama dengan dirinya



No comments:

Post a Comment