Sunday 1 March 2015

Kelima. Batas

Orang-orang baik berjalan masuk ke dalam.
Para penjaga meminta mereka pergi dengan kasar,
bersikap melarang agar para ahli tidak datang
dan lantas...
tembok kokoh pembatas dibuat untuk mereka yang disingkirkan.

Seperti biasa, aku terbangun dan lantas mencari mimpi yang berubah dalam kalimat pesan. Bedanya, saat ini aku bangun lebih pagi dari Mentari. Hendak memohon doa untuk kelancaran sebuah harapan dan perjuangan yang semakin membawa waktu kedalam lelah. Sampai pada akhirnya aku tau... batas itu ada, kau buat.

anganku semakin masuk kedalam,
untuk apa selama ini ? jika ternyata yang ada hanyalah rasa jenuh darimu
Para serdadu pergi meninggalkan kenyamanan rumah
mereka pergi ke negeri seberang atas titah Raja demi sebuah keindahan kemenangan
Perjuangan mereka sepertinya sia-sia
rasa tak enak makan, rindu, dan suara bising pesawat pem-Bom ditiap pagi sepertinya tidak ada arti
ketika batas komunikasi dibuat oleh mereka yang ada di seberang
ya aku tau, maksud semua ini.
serdadu-serdadu dari kavaleri lain mungkin lebih menawan.
dan lantas dirimupun mencarinya.

sementara para serdadu pejalan kaki berjalan siang dan malam
membuat batas zona aman semakin lebar
untuk menjaga tanah asal tetap bertahan
namun mereka, 
mati tak dikenang

dan ironi...
mereka diberi batas dari sebuah kayu mati
yang menandakan mereka pergi
tanpa arti...


No comments:

Post a Comment